Minggu, 08 April 2012

Prajab... Oh.. Prajab ..


Kangen ngeblog lagi. Sumpah. Lama tak mengunjunginya, membuat saya rada kikuk untuk mulai bercerita. Hiatus karena berbagai alasan. Dalam 3 bulan terakhir saya disibukkan dengan berbagai diklat dan pelatihan. Biasalah, masih anak baru di kantor, jadi selalu diutus untuk disuruh belajar dan belajar. Saya sih, senang-senang saja, karena bisa lepas dari yang namanya rutinitas kantor dan bertemu dengan orang-orang baru. Dan diklat identik dengan kegiatan penyegaran pikiran dan wawasan. 

Dari beberapa pelatihan yang saya ikuti, Diklat Prajabatan yang sangat berkesan. Lha iyalah, inilah momentum perubahan status saya sebagai abdi negara dari CPNS menjadi PNS. Alhamdulillah, diklatnya sudah terlewati dengan segala suka dan dukanya. Keriangan di minggu pertama, kegundahan dan kejenuhan di minggu kedua, dan kelegaaan di minggu ketiga. Tiga minggu di tatar dan dicekoki dengan segala urusan dan ilmu kepemerintahan dengan sistem semi militer bertujuan untuk menjadikan kami pelayan masyarakat yang memiliki knowledge, skill dan attitude

Kegiatan diklat berlangsung dari 05.30 WIB sampai dengan jam 22.00 WIB, dimulai dengan kegiatan senam dan apel pagi dan ditutup dengan apel malam disaat keletihan sudah pada puncaknya. Berpisah dengan keluarga dan sistem pembelajaran class learning membuat kami merasa seperti kembali pada kehidupan anak sekolahan, sehingga kadang bertingkah seperti anak-anak SMA pada umumnya. Lucu, geli dan kadang juga menjengkelkan. 

Dan saya mengalami kejenuhan pada minggu kedua, ketika kondisi tubuh sudah tidak sanggup untuk bertahan. Pelatihan semi militer seperti disiplin, prinsip satu untuk semua, semua untuk satu, penebusan kesalahan dengan kegiatan fisik dan termasuk kondisi siap siaga tiba-tiba dibangunkan tengah malam, apel dengan kelengkapan atribut serta siap menanggung resiko dengan disuruh berendam di kolam. Semua saya jalani dan pada akhirnya tumbang dan di diagnosa mengalami ISK karena kurang minum dan kecapean. 

Tapi semua itu tertebus ketika ujian akhir selesai dan saya dinobatkan sebagai peringkat dua di kelas. Wkwkwkwk...ini yang membuat saya geli kalau mengingat hal ini. Karena sebelumnya, di sela-sela waktu istirahat kami di kamar, saya dan dua rekan sekamar lainnya bercanda mengenai siapa yang akan meraih peringkat juara di diklat ini. Dan saya dengan antengnya menyebutkan saya harus mempersiapkan diri untuk maju ke depan forum ketika upacara penutupan untuk menerima ucapan selamat karena juara dua. Suer, teman,,itu hanya ucapan iseng dan tidak pernah terencana dalam fikiran saya untuk hal tersebut. Dan, saya tidak tahu kenapa hal itu menjadi nyata. Alhamdulillah,,walaupun hingga kini saya masih suka ngakak kalau mengingat hal tersebut. Dan yang membuat kami bersuka ria pada akhir diklat adalah karena juga dari 7 (tujuh) utusan kantor, Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi, 4 (empat) orang diantara kami mendapatkan peringkat di kelasnya masing-masing. Ini artinya bahwa kami bertujuh bisa menjadi kebanggaan bagi instansi kani di tingkat SKPD lainnya di Provinsi Jambi. 

Saat ini kami sudah kembali lagi ke instansi masing-masing dengan membawa bekal dan insyaAllah apa yang telah kami dapatkan dapat menjadikan kami menjadi abdi negara sesuai dengan harapan dan keinginan ibu pertiwi. Dan pada akhirnya, kami sepakat bahwa Diklat Prajabatan ini indah untuk dikenang tapi tak indah untuk diulang. Cukup sekali ini saja, hehehe...

Check this photos, pals..
Sengaja yang saya tampilkan yang indah-indah saja, biar ia menjadi kenangan terindah selalu...


Ceria di hari pertama

Penghuni kamar 11 Asrama 1

Prajab Putri BLHD

Prajab Putri BLHD in action

Yang single ngalah jadi tukang photo, nyonya2 mau narsis.. **


BLHD team

di hari penutupan, senyum pada mengembang semua

semakin lebar menunggu kepulangan

Angkatan II Kelas 2A

di sela-sela jam istirahat

jam belajar malam


Jumat, 13 Januari 2012

12 1 12

sebenernya bukan hari ini, tapi kemaren tepatnya kami merayakan ulang bulan pernikahan yang ke-2. walaupun hingga saat ini kami belum diijinkan untuk bertemu satu sama lain, tapi rasa yang ada justru semakin dalam terasa. kangen... amat sangat...tak terkira....entah bagaimana bisa mewujudkan pertemuan ini menjadi nyata, bukan hanya sekedar mendengar suara dan menatap monitor. 
i really deeply in missing you, uda

 Semoga berkah Rabb selalu menyertai pernikahan kita, Uda dan
Semoga kita dapat selekasnya berkumpul dan
Semoga rasa cinta dan sayang kita tiada pernah henti menyertai..

Lav u sangat uda... really miss u here,,, ^^

Minggu, 23 Oktober 2011

bukanlah kisah siti nurbaya


pict from google

Kemaren malam, seorang teman dekat menghubungi saya untuk berbagi cerita. Dan suatu kebahagiaan ketika mendengar gelak tawanya lepas kembali setelah beberapa waktu ini cerita sedih selalu diutarakannya setiap menghubungi. Sekarang ia sedang bahagia. Permasalahan yang beberapa waktu lalu telah terselesaikan.  Dan sebuah keputusan besar telah diambilnya  dengan keyakinan untuk menjalani. Keputusan apakah itu? Menerima calon yang dikenalkan orang tuanya. Hellloooww…. Ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi kan? Bahkan, kisah Siti Nurbaya yang sebenarnya bukanlah mengenai kisah kawin paksa seperti yang melegenda di masyarakat  selama ini. Orang tua Siti Nurbaya tidak pernah memaksa anaknya untuk menerima lamaran Datuk Maringgih sebagai kompensasi atas hutang-hutang ayahnya. Siti Nurbaya sendirilah, yang mengikhlaskan diri dan hatinya sebagai wujud bakti dan cinta seorang anak kepada orang tuanya. Jadi sama sekali, jangan samakan kisah Siti Nurbaya sebagai kisah kawin paksa. 

Kisah sahabat sayapun bukanlah kisah Siti Nurbaya ataupun kisah kawin paksa yang sebenarnya. Ia hanya terjebak dalam kedangkalan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam rencana besar itu, yaitu dia, calonnya dan orang tua serta keluarga besarnya. Tapi ketika di akhir episode ceritanya ini, kedangkalan itu dapat digali hingga ruang lapang tersedia bagi jalan mereka. Dan saat ini, ia bisa menarik nafas lega sementara, sebelum melanjutkan perjalanannya menuju tujuan yang mereka inginkan. Dan saya bercerita disini, tidak ada maksud untuk membeberkan kejadian-kejadian sebelumnya, tapi hanya untuk berbagi kisah, dengan harapan ada hikmah terselubung dari kisah ini yang bisa dipetik dan ia sudah mengizinkan saya untuk menceritakannya kepada kalian.

Kisah ini berawal, ketika ia untuk kesekian kalinya meminta pendapat saya untuk ikut serta memberikan penilaian terhadap calon yang diajukan orang tuanya. Seperti biasa, saya bersemangat mendukungnya untuk segera memilki pendamping. Dan saya sangat maklum dengan kekhawatiran orang tuanya, mengingat umur kami yang sudah pantas untuk menggendong bayi. Dan mereka juga pasti sudah merindukan panggilan manja dari generasi penerus kami. Orang tua saya juga pasti menginginkan hal seperti itu. Bedanya, saya sudah ‘membawa’ seseorang itu kepada keluarga besar dan insyaallah, jalannya akan segera saya tempuh. Sementara teman saya, saat itu belum juga mengambil sikap atas keinginan orang tuanya, hingga keluarga besarnya ‘heboh’ mencarikan ‘seseorang’ itu.  Dan entah kenapa, sudah lama proses seperti itu berlangsung, beberapa tahun belakangan ini, semua calon yang diajukan sukses kami (saya ikut andil sebagai si pengambil keputusan) tolak. Dan kisah ini, juga mungkin akan berakhir sama, jika saja kesabaran itu berbatas. 

Saya masih ingat, tersedu-sedu dia menangis menolak proses ini karena melihat calonnya bersikap seolah-olah ini adalah hal kecil dan remeh temeh. Sementara teman saya selalu didesak keluarganya untuk segera mengambil sikap. Sikap yang seperti apa?????, geramnya, jika calonnya itu saja tidak bergerak sama sekali, maju tidak, mundurpun tidak. Teman saya stress tingkat tinggi. Sayapun kollaps memberinya semangat, karena saya sendiripun geram dengan permasalahannya. 

Saya hanya mampu menghiburnya dengan kata-kata sabar. Ini adalah jalan yang harus dilalui. Dan seberapa kuatpun ia menyangkal, beban itu sudah ditaruh dipunggungnya, dan ia harus tetap melangkah membawa beban itu hingga garis finish yang sudah ditetapkan. Akhir dari masalah ini sudah ada, tinggal menjalaninya dengan sikap yang sabar dan lapang dada. Apapun tujuan dari kisah ini, ada ‘sesuatu’ yang terselip di balik ini semua. Jika berakhir dengan komitmen kebersamaan, beban ini akan menjadi modal bagi mereka berdua dalam menjalani bahtera selanjutnya. Bahwa mereka berdua pernah terseok karena kerikil-kerikil tajam, tapi mampu berjalan hingga ke ujung. Dan jika seandainya berakhir tanpa kebersamaan, ini akan menjadi sesuatu hal yang ia yakini sebagai salah satu cara Rabb  untuk menguji kedewasaannya dalam menjalani hidup.

Hidup itu adalah untuk memilih. Ia tidak boleh larut dalam permasalahan yang mendayu-dayu menguras kekuatan fisik dan pikiran. Ia harus segera mengambil sikap. Maju atau mundur sekalian. Mau tidak mau, komunikasi harus diperbaiki. Rapat penting empat mata mereka harus segera diadakan. Ganjalan-ganjalan dan keberatan harus didiskusikan. Setelah itu, satu dari dua jenis keputusan tadi adalah jawabannya. Dan, this is it…. Blash…seketika, Tuhan sang Maha Pemilik Hati, memberikan keyakinan kepada mereka berdua untuk mengecap manisnya apa itu cinta. Barakallah, sahabat, semoga jalan selanjutnya dimudahkan Sang Pemilik Cinta. Congrats yee… ^_^




LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...