Senin, 18 Mei 2009

Ma..apakah aku pernah?

1_273454740m[1]

Ma...
apakah aku pernah membohongimu?
apakah aku harus bercerita beratus kali kepadamu untuk menjelaskan sesuatu yang meragukan hatimu?
apakah kau perlu menghardikku agar aku berkata jujur?
bukankah kau bisa melihat apakah aku berbohong atau tidak?
perlukah kujelaskan beribu kali bahwa aku tidak mendustaimu?
Tidakkan, ma?

Ma..
Engkau pernah bilang, jika aku membohongimu maka aku akan menyakitimu, kan?
Dan engkau pernah bilang, aku tidak boleh menyakiti hati orang lain juga dengan membohonginya..
Dan aku percaya karena dirimu yang mengatakannya..
Dan aku berusaha untuk mematuhinya, karena aku tidak ingin menyakitimu..

Tapi kenapa, ma..
seumur hidup kupegang keyakinan itu, tapi sekejap saja ada orang meragukannya..
aku merasa rendah.. sangat rendah..
aku tak sanggup untuk melawan..
karena aku tak tahu harus berkata apa lagi..

aku tercampakkan ma..tak ada yang memandangku..
aku ingin berteriak untuk mengatakan bahwa aku tidak berbohong..
tapi tidak ada yang mempercayaiku..
aku ingin lari, ma..
aku ingin pergi..
tapi aku hanya bisa diam, tergugu disini menangisi kenyataan..

Ma..
dirimu masih mempercayaiku kan?
bahwa aku gadis kecilmu yang tidak pernah mendustaimu?
iya, kan, ma...

Ma..
tolong katakan padanya kalau kau mempercayaiku..
hanya itu yang kubutuhkan...



Rabu, 13 Mei 2009

Langit..

1160116911



Langit..
Kenapa begitu cerah hari ini?
Kamu ingin menertawakanku ya?
Kamu ingin mengejekku ya?

Langit..
Mana mendungmu?
Suruh dia temani aku disini...
Biar ku tak merasa sendiri...

Langit..
Mana hujanmu?
Biarkan ia membasahi tanah..
Biar membasuh semua galauku..
Dan mengalir menuju laut..
lepas dan jauh meninggalkanku...

Langit..
Aku merasa sendiri sekarang...
Kenapa bintang-bintangmu lambat sekali menjelang..
Aku rindu  padanya...

Langit..
Biarkan matahari secepatnya pergi..
Biar hari cepat berganti..
Karena aku merindukan malam...



Kamis, 07 Mei 2009

CAIYO…

1_973649938m1


Hari ini satu perjalanan hidup kujalani lagi..senang sekali terhenti sejenak dari rutinitas biasanya. Aku bisa melihat bersinarnya mentari yang ceria pagi ini.  :) Kembali teringat aku pernah mengalami kejadian seperti tadi lagi, hehehe..aku mengalaminya lagi..tapi menyenangkan...


Ternyata aku senang berjuang, berusaha dan cepat bosan dengan rutinitas yang aku jalani. Sekarang aku benar-benar memahami sifatku yang satu ini. Hehehe..sudah sekian umurku, kenapa baru nyadarnya sekarang yah?? :p


Ingin adanya variasi dalam hidup dan kehidupan membuatku semangat untuk mengalami perubahan. Aku ingin menjadi lebih baik. Lebih dari apa yang kudapatkan sekarang. Bukannya tamak terhadap karunia Rabb tapi lebih pada peningkatan kualitas kehidupanku. Sesuatu yang manusiawi kan? Ghiroh kehidupanku sedang meningkat, dan ayo semangat jalani hari....caiyoooo........ :)


 

Senin, 04 Mei 2009

Ketika aku lebih memilih untuk diam

Akhirnya hujan itu turun juga setelah akhir sore menjelang. Kelabunya mendung sedari pagi tak jua menumpah hingga beban itu akhirnya turun juga. Deras sekali dan sepertinya akan lama. Mungkin karena begitu banyaknya uap air yang tertahan ditumpukan awan beberapa hari ini, karena memang akhir-akhir ini panas begitu menghujam, dan menyebabkan penguapan juga semakin tinggi..walah aku malah bercerita mengenai siklus hidrologi..:-)

Begitu memandangi hujan, perasaan hati ku juga berganti. Selalu seperti ini. Entah kenapa. Tapi memang beberapa hari belakangan ini gundahku sedang melanda. Banyak hal dalam hidup yang harus aku hadapi. Perasaan sensitifku kembali memuncak. Setiap perkataan orang, seolah2 adalah ejekan dan sindiran. Perasaan sendiri dan menyepi kembali menggelayuti. Kesendirian menurutku terasa lebih indah daripada harus berada diantara orang-orang dan tertawa bersama-sama. Karena kalaupun aku bisa tertawa, itu hanya sementara, karena masalahku takkan selesai dengan tertawa. Aku hanya minta orang lain mengerti akan keadaanku. Aku tidak meminta mereka menghiburku dan bernyanyi untukku, tapi hanya memahami apa yang aku rasakan saat ini. Bila tiba waktunya aku akan bercerita. Itupun kalau mereka ingin mendengarkan. Aku hanya butuh mereka mendengarkan. Aku takkan membebani mereka dengan solusi apa yang terbaik untuk menyelesaikan masalahku. Bukannya angkuh, tak mau mendengar komentar  dan pendapat orang lain, tapi aku ingin menyelesaikan masalahku sendiri.

Kekecewaan pernah menghujani perasaan kita bukan? Itu yang pernah aku alami ketika suatu kali atau beberapa kali mencoba terbuka dengan orang lain. Bercerita tentang apa mau kehendak dan masalahku. Aku bercerita hanya ingin mereka mendengarkan, tapi bukannya mengasihaniku dan menyudutkanku. Tapi apa yang aku terima? Aku langsung disudutkan dengan mengatakan bahwa permasalahanku adalah permasalahan kecil, dan menyudutkanku dengan mengatakan bahwa aku tak mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan untukku...ya Rabb...tak pernah terlintas dalam fikiranku untuk menghujamMu dengan mengkufuri nikmat yang Engkau berikan.

Aku tersudut,  mulutku bungkam, ubun-ubunku berdenyut-denyut menahan emosi yang bergejolak dalam hatiku. Hatiku pias, tubuhku serasa rubuh tak terkendali. Aku mencoba mengukur diri, apakah setiap kawan yang datang padaku dengan permasalahanya aku bersikap tak peduli pada mereka? Ku rasa tidak, kubiarkan mereka bercerita dan menumpahkan kesalnya padaku. Aku memang tidak memberikan apa-apa untuk menyelesaikan permasalahan mereka, tapi aku hanya bisa menjadi tempat bercerita menumpahkan semua kegalauan hati bagi mereka. Kuulurkan tangan bahwa aku ada disampingnya dia, kuberikan senyuman untuk menguatkannya. Dan itu juga yang hanya aku butuhkan jika aku berada di liku hidup seperti mereka.

Tapi sepertinya Tuhan memang menghendaki aku hanya menjadi tempat 'sampah' bagi kawan2ku, dan Tuhan menginginkanku untuk menyelesaikan permasalahanku sendiri. Mungkin Tuhan cemburu jika aku menceritakan ini kepada yang lain. Dia hanya ingin aku bercerita kepadaNya. Mungkin disitu kuncinya jika aku harus menjadi introvert seperti ini. Memang mungkin hanya kepadaNya mengadukan semua kesah, dan hanya kepadaNya semua permohonan terucap. Semoga mentariku akan kembali bersinar setelah hujan ini deras tertumpah dihadapan Rabb. Hanya itu yang aku inginkan menjalankan hidup ini dengan ridhoNya.

Sudahlah, ini sudah berkesah namanya. Hujan tak deras lagi dan hanya menyisakan rintiknya. Malam kan mulai menjelang dan menutup mendungnya lagit. Berharap kelabunya hati juga akan tertupi dengan bersinarnya bintang-bintang di langit malam...

image001 



Minggu, 03 Mei 2009

Indahnya Dunia

th_sunflowergif1



Pagi ini begitu indah

Senyum mentari mencerahi

Kuterbawa menikmati hari ini

Tuhan begitu mengasihi

 

Lihat di sekelilingmu kawan

Dunia menari mengitari

Mengajakmu berlari

Menikmati hidup ini

 

Puri Cemara Indah, Maret'08

Don’t Forget to remember me


Twenty five years old i am right now
Enough time to run this life
Four years i was waiting for something
That is....here is.... in my heart

Waiting...waiting....and waiting
But when the time was up
My tiredness speak out
Just wanna go away from this matter

But please dont forget to remember me
Just once..... if you don’t mind


Cinta Dalam Hati

th_ca_bal_1


Ktika tiba rasa sendiri
Lalu lalang jiwa merentang sepi
Inginku kau ada di sini
Menghalau sendirinya hati

Jika ku tak sanggup berkata
Jika ku tak mampu bersuara
Hanya resah ungkapkan jiwa
Galau terasa jika kau  tak ada
Cinta dalam hati itu yang kurasa

Akankah rahasia ini ku simpan sendiri
Sampai akhirnya kau menyadari
Cinta dalam hati ini telah lama bersemi

Angan Sendiri

th_emoticon0511



Sekelebat bayangmu tiba hantuiku
Jiwa tersentak akan hadirmu
Angan kasihmu penuhi inginku
Tapi sua tak pernah berwujud

Akankah kumerangkul angan sendiri?
Bernyanyi menghibur hati
Gulitanya sepi tiada arti
Bila anganku masih setia menemani

Entah apa jadinya esok hariku
Jika anganku tak berdetak menghitung waktu
Tak beranjak meninggalkan
Tergugu merangkulku....


Sabtu, 02 Mei 2009

Karena Ku Bahagia..

Tem...
Hari ini aku punya keberanian untuk menjelaskan penyebab kebingunganmu akan diriku selama ini. Mungkin ini saatnya aku cerita, karena akupun sudah lelah dengan kebisuanku. Dadaku sesak menahannya di dalam hati . Akan kusampaikan ini dengan harapan tidak ada yang akan berubah dalam persahabatan kita.

Aku tidak memintamu berjanji, itu hanya harapanku saja. Karena kau berhak memiliki sikap. Akupun berusaha untuk dapat menerima sikap yang kau ambil.

Tem..
Ingatkah kau hari itu? Hari dimana kita duduk di tepian danau, larut dalam ketenangan airnya? Kau ceritakan mimpimu, harapanmu dan do’amu. Kau tersenyum bahagia saat itu, karena dalam impianmu ada namaku. Aku terharu karena aku masuk dalam hitungan do’amu. Lama kita sama-sama terdiam, tak tahu harus apa yang akan dikatakan lagi. Kita hanya bisa saling tersenyum tanpa sepatah katapun yang terlontar. Tapi aku bahagia saat itu..

Kadang aku juga tak mengerti..masih ingatkah kau hari itu? Hari dimana kita duduk di batuan penghalang ombak? Sembari menunggu beduk maghrib berkumandang, menyaksikan perlahan tenggelamnya sang mentari. Aku masih ingat derai tawamu saat itu. Lepas. Akupun tak bisa menahan diri untuk tidak ikut tertawa. Kurasa mungkin tawa kita saat itu mengalahkan deburan ombak lautan. Tak peduli dengan lingkungan sekitar. Yang kutahu, aku tak malu berbuat begitu walaupun wajah-wajah keheranan orang-orang disana melihat kita terkekeh-kekeh berdua. Dan yang sangat pasti kutahu bahwa aku bahagia...

Atau kau masih ingat tidak? Dibawah pohon belakang perpus kita duduk tercenung? Karena ku tak kuasa untuk menahan sendiri gundahku. Kau ingat berapa helai tissu yang kau berikan untuk mengahapus cairan yang mengalir dari mata dan hidungku? Kurasakan hangat pelukmu saat itu, kurasakan betapa kokohnya bahumu menopang gundahku. Senyummu menguatkan kembali hatiku. Kumerasa bahwa aku tak sendiri, ada kau disampingku yang akan selalu menemani. kau disisiku bukan di belakangku. Aku bersyukur dan aku bahagia...

Di lain waktu, kau yang berbagi air mata denganku. Kurasa kau masih ingat, waktu dengan tersedu kau mengetuk pintu kamar sempitku. Gulanamu pun tak bisa kau simpan sendiri. Dengan seksama ku dengarkan kesahmu dan ku hanya bisa berikan sebuah senyuman untuk mengurai kembali kusutnya pikiranmu saat itu. Ku bahagia karena akhirnya kau pun bisa tersenyum sekejap kemudian.

Tem...
Mungkin kita sudah bisa saling memahami. Mungkin kita tidak butuh suatu ungkapan, karena ku hanya bisa merasakan. Tak bisa kujelaskan dengan kata-kata, tak kuasa ku ungkapkan dengan rangkaian kalimat. Mungkin ku hanya bisa diam seribu bahasa jika disuruh ungkapkan ini padamu atau pada yang lain. Tapi kupercaya kau kan bisa mengerti tanpa harus kutunjukkan kepedulianku, tanpa harus kulontarkan kebaikan.

Tak bersuara bukan berarti kutak merasa. Merasa bahwa aku adalah salah satu bagian dari dirimu. Aku akan selalu ada dimana kau pun berada. Hatiku yang akan selalu menemanimu. Karena aku tak kan pernah pergi.

Rasanya tak perlu kuingatkan kembali semua hal yang telah kita lakukan bersama. Kenangan yang mengisi hari-hari kita belakangan. Jika kuurai satu persatu mungkin akan sangat melelahkan. Bibir kita mungkin juga akan lelah karena harus mengembang karena tersenyum. Yah.. kita hanya bisa tersenyum bila kembali mengingat itu semua. Semua telah berlalu, semua tlah kita lewati. Kita mampu menghadapinya. Kita tlah mampu berbuat untuk sebuah masa lalu. Masa yang takkan mungkin kita lupakan. Sebuah masa yang akan menjadi pondasi bagi kehidupan kita di masa depan. Pondasi yang kita bangun bersama dengan canda dan air mata. Tetaplah tegar, sahabatku...jalan kita masih panjang. Selangkah demi selangkah kan kita teruskan pondasi ini menjadi sebuah rumah impian bagi persahabatan kita. B’smangat.....
“sahabat sejati akan selalu ada di hati. 
Mereka kan tetap ada, takkan pernah pergi..”

  

Kebersamaan Itu Jangan Pergi..

~Hh...~

Aku sedikit terperanjat akan kehadirannya. menghembaskan tubuh tegapnya di sampingku. Bangku yang kududuki sedikit berderit, bahkan tubuh kecilku sempat oleng dibuatnya.

~Ada apa?~
Di tengah keterkejutanku, kusempatkan untuk bertanya. Sepertinya memang itu yang dibutuhkannya. Setiap kali datang padaku dengan keadaan seperti itu, pasti itu yang kutanyakan. Karena dengan begitu ia akan lebih mudah untuk bercerita. Mmm... sepertinya memang selalu J.

Kemudian ia akan bercerita, beragumen, berpendapat. Baru ketika mulutnya perlu istirahat untuk menghela nafas barulah ia akan berkata:

~Menurutmu..?~

Dan seperti biasa juga, setelah menjadi pendengar akan keluhan dan ceritanya, aku akan tersenyum. Entah kenapa aku sendiri tidak tahu, Begitu ia memandangku, lengkungan bibir ini selalu akan tertarik ke atas. Aku hanya berpikir senyumku akan memberikan sedikit keteduhan akan panas hatinya, memberikan sedikit ketenangan akan gemuruh amarahnya. Dan kelihatannya memang demikian.

Setelah aku tersenyum pasti dia juga akan tersenyum. Di saat seperti itulah baru aku menanggapi keluhannya dan selanjutnya “diskusi” selalu ada dalam setiap pertemuan kami. Sesekali ia juga sering membecandaiku, mengolok-ngolok betapa mungilnya aku, menarik-narik ujung jilbabku bahkan menjahili jerawat yang tumbuh di wajahku.

Kali ini ia mengagetkanku dengan menyandarkan tubuhnya di punggungku. Terang saja aku kaget dan terbungkuk-bungkuk menahan berat tubuhnya.
~Hey, man... lu bisa bunuh gueh....~

Basecamp jadi heboh karena ulahnya. Yang lain pada mencibir nakal, melempari dia dengan apa yang ada di sekitar mereka. Golok...golok deh.. Sambil berkelit dari serangan rudal teman-teman ia menarik tanganku mencari tempat di sudut basecamp dimana hanya ada aku dan dia.

~Hhh...~
~Ada apa sih?~
~Proposal aku ditolak, G~
~Kok bisa?~
~Hhh...kampret tuh dosen, seenaknya dia bilang gak setuju ama proposal aku. Kamu tahu kan, G, kalau proyek itu udah lama aku incer. Ini kesempatanku kan? Ini impianku, G. Aku ingin tugas akhir ini menjadi pintu akhir perjuanganku di kampus ini. Aku gak ingin ngelepasin proyek ini..~
~Iya, aku ngerti. Tapi pasti ada alasannya kan ditolak?~
~Dia gak suka. Itu aja. Egois banget kan?~

Aku hanya diam. Aku ngerti kemarahannya. Itu sebabnya aku diam. Aku juga gak bisa terima alasan itu. Aku takut kalo aku sampaikan ketidaksetujuanku juga, itu malah akan menaikkan emosinya. Yang dia perlukan adalah ketenangan.

Aku beranjak mengambil botol air mineral di dalam tas. Ku pikir aliran air di kerongkongannya akan sedikit melepaskan ketegangannya. Yang lain mulai menghampiri kami. Pertemuan seperti ini yang kusukai. Satu tahun lebih kami bersahabat hingga merasa perlu memiliki basecamp sebagai tempat berkumpul. Sembilan macam karakter dari berbagai jurusan di universitas yang sama. Kedekatan dan kekompakan yang terjalin membuat basecamp ini memiliki “nyawa”. Hanya sekedar “mampir” setelah penat duduk si bangku kuliah menjadi rutinitas bagi kami.

Apa yang tidak pernah terjadi di sini? Kekonyolan, keceriaan, kegembiraan, perselisihan, perdebatan bahkan pertengkaran telah kami rasakan. Tapi akhirnya basecamp ini tetap ada lengkap dengan para gengsternya. Berbagai macam keluhan, curhatan dan cerita dari teman-teman telah tersimpan apik di benakku, begitu juga dengan mereka.

Entah bagaimana akhirnya jika beberapa orang diantara kami tak lagi ada di sini karena harus melanjutkan perjuangan kehidupan ke arah yang lebih mapan. Satu persatu mereka akan meninggalkan basecamp ini. Sekarang saja satu persatu mereka telah mengajukan proposal tugas akhirnya. Sementara aku? Aku masih sibuk dengan kerja praktekku dan kuliah-kuliah untuk memperbaiki nilai C-ku.

Kepedulian yang membuat mereka menghampiri aku dan Yan. Mereka tahu Yan hanya akan bercerita kepadaku. Akulah yang nantinya akan membawa masalah ini ke “forum”. Dan berbagai macam pendapat akan terlontar. Aku tahu bagaimana Yan, bagaimana ambisinya untuk tugas akhir ini. Hal ini yang tidak diketahui oleh yang lain. Tapi aku yakin Yan senang dengan ketulusan temen-temen. Itu sebabnya mereka sudah berkelakar kembali melupakan sejenak permasalahan yang ada.

~G, senyum-senyum aja dari tadi. Jangan-jangan Yan mo nungguin elo..~
~Ha?~
Aku tersentak. Ternyata aku melamun.
~Ah elo..biar kalian wisudanya bareng..~
Yan menggeleng,
~Gak..!! Harus aku yang duluan. Masa si mungil mo ngalahin aku. Gak bisa dong.~
Bibirku manyun,
~Biar deh dia yang duluan, tapi harus cepet dapet kerja. Biar nanti kalo penelitianku butuh dana besar tinggal minta ama Yan aja..~
Yan tersenyum,
~Untuk G apa yang enggak??~
~Cieee....olo...olo....~Semua ngeledek. Aku hafal betul kebiasaan ini, tapi apa boleh buat aku hanya bisa tersenyum membalas senyum nakal Yan di depanku.

Tapi di dalam hati kuberkata,
‘Jika Yan butuh bantuanku aku kan selalu ada, jika Yan meminta waktuku akan kuberikan, jika yan ingin menyelesaikan impiannya disaat aku baru akan memikirkan impianku dan ia ingin aku selalu di sampingnya, kenapa tidak aku mengalah untuk menunda tugas akhirku,’

Kebersamaan seperti ini tidak akan lama lagi. Jika tidak ada yang mengalah, kebersamaan itu mungkin hanya sampai di sini karena semua sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Suatu saat mungkin Yan juga akan meninggalkanku untuk meraih impiannya yang lain. Tapi tak apa toh sekarang ia ada bersamaku. Siapa yang akan tahu esok kita masih akan ada atau tidak.

Keheningan basecamp menyatu dengan kesunyian malam. Kami saling berpandangan dan saling tersenyum, ’semoga esok kita masih akan kembali kesini’
~Udah malem, pals...time to go home...~
Semua beranjak bangkit. Yan menarik tanganku.
~Aku antar pulang.~
Yang lain lirik-lirikan sambil senyum-senyum. Ini sikap Yan yang kadang membuatku malu dengan teman-teman. Bukan hanya aku saja yang merasa bingung dengan sikap Yan yang satu ini, tapi juga teman-teman yang lain. Aku sendiri tidak mau mempertanyakannya, biarlah suatu saat nanti Yan yang ingin membicarakannya.


~Yan, lo mo nunggu jadi menejer dulu buat nembak?~
Yang lain pada cekikan, Yan cuek.
~Lo tungguin aja undangan dari gue. Kalian orang pertama yang akan gue kasih..~
Yan terus berlalu keluar meninggalkan yang lain tanpa melepaskan genggamannya.

Bulan bersinar indah malam ini, walaupun terasa agak dingin. Yan melajukan motornya dengan kencang. Ingin kudekap Yan erat merasakan kebersamaan ini, tapi kebersamaan bukan berarti harus bersama secara fisik. Dekapan takkan berarti apa-apa jika bukan hati kita yang menyatu.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...