Sabtu, 02 Mei 2009

Kebersamaan Itu Jangan Pergi..

~Hh...~

Aku sedikit terperanjat akan kehadirannya. menghembaskan tubuh tegapnya di sampingku. Bangku yang kududuki sedikit berderit, bahkan tubuh kecilku sempat oleng dibuatnya.

~Ada apa?~
Di tengah keterkejutanku, kusempatkan untuk bertanya. Sepertinya memang itu yang dibutuhkannya. Setiap kali datang padaku dengan keadaan seperti itu, pasti itu yang kutanyakan. Karena dengan begitu ia akan lebih mudah untuk bercerita. Mmm... sepertinya memang selalu J.

Kemudian ia akan bercerita, beragumen, berpendapat. Baru ketika mulutnya perlu istirahat untuk menghela nafas barulah ia akan berkata:

~Menurutmu..?~

Dan seperti biasa juga, setelah menjadi pendengar akan keluhan dan ceritanya, aku akan tersenyum. Entah kenapa aku sendiri tidak tahu, Begitu ia memandangku, lengkungan bibir ini selalu akan tertarik ke atas. Aku hanya berpikir senyumku akan memberikan sedikit keteduhan akan panas hatinya, memberikan sedikit ketenangan akan gemuruh amarahnya. Dan kelihatannya memang demikian.

Setelah aku tersenyum pasti dia juga akan tersenyum. Di saat seperti itulah baru aku menanggapi keluhannya dan selanjutnya “diskusi” selalu ada dalam setiap pertemuan kami. Sesekali ia juga sering membecandaiku, mengolok-ngolok betapa mungilnya aku, menarik-narik ujung jilbabku bahkan menjahili jerawat yang tumbuh di wajahku.

Kali ini ia mengagetkanku dengan menyandarkan tubuhnya di punggungku. Terang saja aku kaget dan terbungkuk-bungkuk menahan berat tubuhnya.
~Hey, man... lu bisa bunuh gueh....~

Basecamp jadi heboh karena ulahnya. Yang lain pada mencibir nakal, melempari dia dengan apa yang ada di sekitar mereka. Golok...golok deh.. Sambil berkelit dari serangan rudal teman-teman ia menarik tanganku mencari tempat di sudut basecamp dimana hanya ada aku dan dia.

~Hhh...~
~Ada apa sih?~
~Proposal aku ditolak, G~
~Kok bisa?~
~Hhh...kampret tuh dosen, seenaknya dia bilang gak setuju ama proposal aku. Kamu tahu kan, G, kalau proyek itu udah lama aku incer. Ini kesempatanku kan? Ini impianku, G. Aku ingin tugas akhir ini menjadi pintu akhir perjuanganku di kampus ini. Aku gak ingin ngelepasin proyek ini..~
~Iya, aku ngerti. Tapi pasti ada alasannya kan ditolak?~
~Dia gak suka. Itu aja. Egois banget kan?~

Aku hanya diam. Aku ngerti kemarahannya. Itu sebabnya aku diam. Aku juga gak bisa terima alasan itu. Aku takut kalo aku sampaikan ketidaksetujuanku juga, itu malah akan menaikkan emosinya. Yang dia perlukan adalah ketenangan.

Aku beranjak mengambil botol air mineral di dalam tas. Ku pikir aliran air di kerongkongannya akan sedikit melepaskan ketegangannya. Yang lain mulai menghampiri kami. Pertemuan seperti ini yang kusukai. Satu tahun lebih kami bersahabat hingga merasa perlu memiliki basecamp sebagai tempat berkumpul. Sembilan macam karakter dari berbagai jurusan di universitas yang sama. Kedekatan dan kekompakan yang terjalin membuat basecamp ini memiliki “nyawa”. Hanya sekedar “mampir” setelah penat duduk si bangku kuliah menjadi rutinitas bagi kami.

Apa yang tidak pernah terjadi di sini? Kekonyolan, keceriaan, kegembiraan, perselisihan, perdebatan bahkan pertengkaran telah kami rasakan. Tapi akhirnya basecamp ini tetap ada lengkap dengan para gengsternya. Berbagai macam keluhan, curhatan dan cerita dari teman-teman telah tersimpan apik di benakku, begitu juga dengan mereka.

Entah bagaimana akhirnya jika beberapa orang diantara kami tak lagi ada di sini karena harus melanjutkan perjuangan kehidupan ke arah yang lebih mapan. Satu persatu mereka akan meninggalkan basecamp ini. Sekarang saja satu persatu mereka telah mengajukan proposal tugas akhirnya. Sementara aku? Aku masih sibuk dengan kerja praktekku dan kuliah-kuliah untuk memperbaiki nilai C-ku.

Kepedulian yang membuat mereka menghampiri aku dan Yan. Mereka tahu Yan hanya akan bercerita kepadaku. Akulah yang nantinya akan membawa masalah ini ke “forum”. Dan berbagai macam pendapat akan terlontar. Aku tahu bagaimana Yan, bagaimana ambisinya untuk tugas akhir ini. Hal ini yang tidak diketahui oleh yang lain. Tapi aku yakin Yan senang dengan ketulusan temen-temen. Itu sebabnya mereka sudah berkelakar kembali melupakan sejenak permasalahan yang ada.

~G, senyum-senyum aja dari tadi. Jangan-jangan Yan mo nungguin elo..~
~Ha?~
Aku tersentak. Ternyata aku melamun.
~Ah elo..biar kalian wisudanya bareng..~
Yan menggeleng,
~Gak..!! Harus aku yang duluan. Masa si mungil mo ngalahin aku. Gak bisa dong.~
Bibirku manyun,
~Biar deh dia yang duluan, tapi harus cepet dapet kerja. Biar nanti kalo penelitianku butuh dana besar tinggal minta ama Yan aja..~
Yan tersenyum,
~Untuk G apa yang enggak??~
~Cieee....olo...olo....~Semua ngeledek. Aku hafal betul kebiasaan ini, tapi apa boleh buat aku hanya bisa tersenyum membalas senyum nakal Yan di depanku.

Tapi di dalam hati kuberkata,
‘Jika Yan butuh bantuanku aku kan selalu ada, jika Yan meminta waktuku akan kuberikan, jika yan ingin menyelesaikan impiannya disaat aku baru akan memikirkan impianku dan ia ingin aku selalu di sampingnya, kenapa tidak aku mengalah untuk menunda tugas akhirku,’

Kebersamaan seperti ini tidak akan lama lagi. Jika tidak ada yang mengalah, kebersamaan itu mungkin hanya sampai di sini karena semua sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Suatu saat mungkin Yan juga akan meninggalkanku untuk meraih impiannya yang lain. Tapi tak apa toh sekarang ia ada bersamaku. Siapa yang akan tahu esok kita masih akan ada atau tidak.

Keheningan basecamp menyatu dengan kesunyian malam. Kami saling berpandangan dan saling tersenyum, ’semoga esok kita masih akan kembali kesini’
~Udah malem, pals...time to go home...~
Semua beranjak bangkit. Yan menarik tanganku.
~Aku antar pulang.~
Yang lain lirik-lirikan sambil senyum-senyum. Ini sikap Yan yang kadang membuatku malu dengan teman-teman. Bukan hanya aku saja yang merasa bingung dengan sikap Yan yang satu ini, tapi juga teman-teman yang lain. Aku sendiri tidak mau mempertanyakannya, biarlah suatu saat nanti Yan yang ingin membicarakannya.


~Yan, lo mo nunggu jadi menejer dulu buat nembak?~
Yang lain pada cekikan, Yan cuek.
~Lo tungguin aja undangan dari gue. Kalian orang pertama yang akan gue kasih..~
Yan terus berlalu keluar meninggalkan yang lain tanpa melepaskan genggamannya.

Bulan bersinar indah malam ini, walaupun terasa agak dingin. Yan melajukan motornya dengan kencang. Ingin kudekap Yan erat merasakan kebersamaan ini, tapi kebersamaan bukan berarti harus bersama secara fisik. Dekapan takkan berarti apa-apa jika bukan hati kita yang menyatu.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...