Pict from here |
Langit kelam dan hujan sedang membasahi kota. Perbincangan panjang dengan seorang sahabat menjelang siang kemaren membuat saya memaknai satu hal lagi dalam menjalani hidup. Saya menyudut di tepi ranjang mendengar ceritanya. Sebuah kejenuhan sedang melandanya. Dan sebuah kegamangan yang akan dihadapinya sedang menakutinya. Hal yang pernah saya rasakan 21 bulan yang lalu. Tidak sama persis memang tapi mirip. Kecewa terhadap suatu keinginan yang ingin kau dapatkan, kemudian ditinggal pergi oleh rekan-rekan yang selama ini menjadi tempatmu berbagi, mengadu dan bercerita mengenai kesulitan pekerjaan dan hidup. Kemudian, kau ingin pergi dari tempat itu, mencoba suasana baru dengan level kehidupan yang lebih layak dan meningkat. Dan belum hitungan bulan seorang sahabat lain juga pernah menceritakan hal yang sama. Mungkin karena pernah merasa senasib, saya merasakan kegundahan mereka.
Mengambil keputusan dalam keraguan memang sangat sulit. Bahkan mungkin pernah terpikir hal itu tidak akan mungkin terjadi. Hingga semakin terlarut dalam kegundahan hati. Banyaknya pertimbangan yang harus diambil membuat pikiran menjadi tak terkendali. Dan disaat seperti itulah, sebuah dorongan dan masukan dari orang-orang terdekat sangat berarti. Bukan hanya untuk mencari nasehat atau petuah bijak, tapi dengan mengungkapkan dan bercerita saja sudah membuat hati sedikit lega. Beban dapat dibagi, tapi tentu saja dengan orang-orang yang tepat dan bijak.
Saya terkadang tersenyum sendiri. Melihat sahabat saya tersenyum setelah bercerita dan mendapatkan sedikit ‘pencerahan’ (ehm,,ehm,,,) membuat saya geli memandangi diri sendiri. What I have done for them?? And how about yours? Entahlah, kadang menasehati itu mudah. Menjadi bijaksana tiba-tiba disaat melihat kesedihan orang lain sangat sering terjadi pada saya. Padahal, saya sendiri entah bagaimana pula jika sedang dalam bersedih. Tapi itulah gunanya sahabat, orang yang akan selalu mengingatkan kita disaat lupa, orang yang akan menepuk pundak kita disaat lengah, dan orang yang akan tersenyum jika kita bahagia. Mungkin saat ini saya yang menasehati, entah nanti di lain waktu, saya yang mengalami kejadian yang sama, atau sebaliknya. Atau kadang, jika sama-sama mengalami masalah, bisa dicari bersama juga penyelesaiannya, hehehe,,, :D
8 komentar:
Yah mbak jadi kangen sahabat-sahabatku. Udah lama nggak berbagi cerita dengan mereka :(
hmmm...sepertinya mb Ocha teman yang asik diajak sharing.... :) soalnya jarang-jarang ada oran yang mau mendengarkan curahan kita tanpa menjudge..
daaan emang ebner, ga ada salahnya saling emnasihati. bukan dalam rangka sok bijak, atau siapa yang lebih dewasa, tapi untuk saling mengingatkan saja kali ya?
ah bisa-bisa saya curhat d sini ntar...
@chici: cup...cup...ntar liburan ketemuan yah...emang bener chi, berada diantara sahabat-sahabat yang baik adalah membuat kita begitu nyaman dalam menghadapi suka dan duka...:)
@Huda Tula: hehehe...kamu mau curhat juga...hayuukk... lagi buka praktik mendengarkan curhatan nih..hehehe...:)
"Entahlah, kadang menasehati itu mudah. Menjadi bijaksana tiba-tiba disaat melihat kesedihan orang lain sangat sering terjadi pada saya. Padahal, saya sendiri entah bagaimana pula jika sedang dalam bersedih."
Aul BANGET tuh kak :)) hehe
@AuL Howler:
hehehe...samalah kita kalau begitu, Ul...^_^
Hehe, bener bgt mbak, berbagi cerita dgn shabat stidaknya dapat melegakan pikiran kita.
salam kenal :) baru komen pertama nih. ~^^
kalo bicara tentang persahabatan, memang kita sendiri terkadang merasa gak bisa memikul beban hidup sendirian, butuh teman mungkin, sahabat? wtv lah. Kadang dengan adanya seseorang untuk tempat curahan hati dan tumpahan tangis kita, di hati terdalam merasa lega walaupun teman curhat kita diam mematung dan bisu, mungkin ia pendengar yang baik. itupun sudah cukup membuat hati kita sedikit lega? benar begitukah menurutmu?
@Dzikrillah:
yup, bener... ^_^
@Andaka:
yah, memang seperti yang saya tuliskan...:)
Posting Komentar